Wednesday, April 7, 2010

FOTOSINTESIS TUMBUHAN
A. TUJUAN :
Membuktikan fotosintesis tumbuhan serta faktor penghambat dan mempercepat fotosintesis

B. LATAR BELAKANG TEORI:
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida

Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis:
Intensitas
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
Konsentrasi
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu

C. ALAT DAN BAHAN :

Alat : Bahan :
. Gelas kimia (4 buah).
Tabung reaksi (4 buah).
Corong (4 buah).
Kawat penyangga (12 batang).
Stopwatch (1 buah).
Termometer (1 buah).
Waskom (1 buah).
Air secukupnya.
Es Batu secukupnya.
NaHCO3
Hydrilla.



Kamera (1 buah).

Langkah Kerja:
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Memasukkan 2 potongan tanaman hydrilla ke dalam corong. Diusahakan agar tanaman hydrilla tidak keluar dari corong.
Menutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi.
Memasukkan tiga kawat penyangga ke dalam gelas kimia untuk menjaga keseimbangan dari corong yang telah diisi dengan hydrilla. Sebaiknya, jarak antara bawah corong dengan dasar gelas kimia tidak terlalu jauh, sekitar 0,5 cm.
Memasukkan gelas kimia ke dalam waskom yang berisi air, diikuti dengan memasukkan corong yang di dalamnya berisi tanaman hydrilla ke dalam gelas kimia tersebut. Selanjutnya tutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi. Sebaiknya semua bagian tabung reaksi berisi air, sehingga tidak ada ruang udara.
Mengulangi langkah 3 sampai 5 untuk 3 corong berikutnya.
Menandai masing-masing gelas kimia sebagai gelas kimia 1, 2, 3, dan 4.
Meletakkan gelas kimia pertama di tempat yang teduh.
Meletakkan gelas kimia kedua, ketiga dan keempat di tempat yang terbuka (terkena sinar matahari langsung).
Mengukur suhu awal masing-masing gelas kimia.
Menunggu hingga muncul gelembung-gelembung udara yang tampak pada tabung reaksi.
Menuangkan larutan NaHCO3 secukupnya pada gelas kimia nomor 3.
Menuangkan beberapa bongkahan es batu pada gelas kimia nomor 4.
Mengamati dan mencatat banyaknya gelembung yang muncul lalu memasukkan data ke tabel.
Setelah banyak rongga udara yang terbentuk di tabung reaksi. Tabung reaksi diangkat

D. HASIL DAN PEMBAHASAN :

Dalam melakukan percobaan ini, kita mengikuti beberapa tahap seperti yang telah dijelaskan dalam langkah kerja. Untuk dapat membandingkan perbedaan banyaknya gelembung yang dihasilkan maka perangkat percobaan di tempatkan pada dua kondisi yang berbeda yaitu tempat teduh dan tempat terbuka (terkena sinar matahari langsung). Selain di tempatkan di dua kondisi yang berbeda, juga diberi perlakuan yang berbeda. Ada yang ditambahkan dengan NaHCO3 dan ada juga yang ditambahkan dengan es batu. Hasil pengamatan yang kami lakukan disajikan dalam tabel sebagai berikut :

BEJANA
PERLAKUAN
BANYAK GELEMBUNG
A Diletakkan di tempat teduh -
B Diletakkan di tempat terang +
C Diletakkan di tempat terang + NaHCO3 ¬¬++
D Diletakkan di tempat terang + es batu ±


Ket :
= Tidak ada gelembung
+ = Bergelembung
± = Berkurang gelembung
++ = Bertambah gelembungnya

Pembahasan :
Dari pengamatan yang dilakukan, dari keempat percobaan tentang pengujian fotosintesis tumbuhan dengan mengkondisikan setiap percobaan dengan kondisi yang berbeda diperoleh :
Pada bejana A,diletakkan ditempat gelap,Nampak tidak terdapat gelembung yang menunjukkan tidak terjadi fotosintesis. dan pada bejana B yang ditempat terang,terdapat gelembung dan menunjukan ada reaksi fotosintesis,dan pada bejana C yang awalnya dikondisikan seperti bejana B,dan beberapa saat kemudian ditambahkan NaHCO3, selang beberapa detik gelembungnya semakin bertambah,hal ini menunjukkan bahwa NaHCO3 dapat membantu laju reaksi fotosintesis tanaman.penambahan NaHCO3 memperbanyak gelembungnya karena ketika NaHCO3 berikatan dengan H2O menghasilkan CO2 ;
NaHCO3 Na+ + HCO3-
HCO3- H2O + CO3
CO2 dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis sebagai bahan utama ,yang reaksinya ;
6CO2 + 6H2O + (SINAR MATAHARI)/KLOROFIL 6C6H12O6 + 6O2
Pada bejanana D yang dikondisikan sama seperti bejana B dan selang beberapa detik muncul gelembung,dan ketika keluar gelembung ditambahkan es batu pada bejana dan terjadi perubahan selang berapa detik gelembung- gelembung tersebut menghilang,es batu merupan katalisis yang dapat memperlambat laju reaksi,dalam hal ini laju fotosintesis ketika ditambahkan es batu kedalam bejana maka suhu berubah dan semakin dingin, sehingga enzim yang membantu fotosintesis tidak dapat bekerja maksimum dan dapat menghentikan proses fotosintesis.


E. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa fotosintesis membutuhkan cahaya yang cukup, dan laju fotoosintesis dapat dipengaruhi oleh banyaknya karbon dioksida,serta membutuhkan suhu yang optimum,karena enzim- enzim yang membantu proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu tertentu

Air Terjun Saluopa


Air Terjun Saluopa atau sering juga disebut Air Luncur Saluopa adalah salah satu obyek wisata menarik di Provinsi Sulawesi Tengah, terletak di Desa Tonusu, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Air terjun ini terdiri dari 12 tingkat. Dari satu tingkat ke tingkat berikutnya terdapat tangga dari batu, sehingga memudahkan para pengunjung untuk sampai tingkat paling atas.Di bawah air terjun ini terdapat beberapa kolam dengan air yang sangat jernih.



Di sekitar air terjun juga terdapat hutan tropis dengan beragam fauna yang hidup di dalamnya. Saat melewati hutan tropis ini, pengunjung akan mendengar suara-suara binatang dan burung-burung bernyanyi dengan merdu. Selain hutan tropis, di sekitar lokasi juga terdapat sebuah jembatan kecil yang harus dilewati saat menuju ke lokasi air terjun.


Air yang meluncur dari atas gunung sangat jernih, sehingga bebatuan yang ada di dalam air dapat terlihat dengan jelas. Uniknya, batu-batu tersebut berlumut dan tidak licin, sehingga pengunjung dapat dengan mudah naik ke tingkat paling atas melalui batu-batu tersebut. Selain itu, para pengunjung juga dapat bermain-main air di atas bebatuan tersebut sambil berfoto-foto dengan latar belakang air terjun. Di antara percikan air terjun terkadang muncul warna pelangi yang sangat indah dan mempesona.






Panorama Alam Salodik (Luwuk)


Permandian Salodik (Pilaweanto) adalah salah satu objek wisata yang sangat mendukung pendapatan daerah, khususnya daerah Luwuk.
Salodik memiliki pemandangan alam yang indah, terletak pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Alam di Sekitar Salodik banyak ditumbuhi pohon/tanaman hutan tropis yang tumbuh subur dan hijau. Lereng-lereng pegunungan dan aliran sungai menghiasi perjalanan saat melewati daerah ini. Di sepanjang jalan Dari puncak Salodik ini pengunjung juga dapat menikmati keindahan Teluk Pagimana (Tanjung Tondok) serta Pegunungan Balantak. Pada zaman belanda tempat ini merupakan tempat peristirahatan para pembesar Belanda, mereka mendirikan pesanggrahan yang sampai sekarang bekas-bekasnya masih ada. Dari tempat ini pula pengunjung dapat menikmati Sunset.


Pemandangan Teluk Pagimana
tampak dari puncak Salodik





Saturday, January 23, 2010

Machu Piccu


Satu lagi bukti tentang peradaban sejarah yang menakjubkan, Machu Picchu. Tertimbun selama beratus-ratus tahun oleh tumbuh-tumbuhan di sekitarnya. Pada awalnya merupakan satu dari sedikit tempat yang ditinggalkan oleh para penakluk Spanyol dalam sebuah ekpedisi untuk pencarian emas yang lebih banyak.
Dan akhirnya ditemukan lagi secara tidak sengaja oleh seorang Profesor Muda Yale, Hiram Bingham, pada tahun 1911. Sebuah penemuan yang membawa kita semua seperti kembali pada kehidupan masa lampau dan secara gamblang menunjukkan tentang betapa majunya pengetahuan akan tekhnik konstruksi bangunan perdaban masa lalu.
Machu Picchu juga merupakan satu dari sekian bangunan paling bersejarah di dunia yang bahkan oleh salah satu media Amerika Serikat, menyatakan bangunan ini merupakan bangunan yang paling penting dan yang paling terpelihara di dunia.

Machu Picchu dibangun dengan gaya Inka kuno dengan batu tembok berpelitur. Bangunan utamanya adalah Intihuatana, Kuil Matahari, dan Ruangan Tiga Jendela. Tempat-tempat ini disebut sebagai Distrik Sakral dari Machu Picchu.
Bangunan batu ini menunjukkan secara mengejutkan tentang kualitas peradaban masa lampau dalam berkarya. Di banyak tempat terdapat dinding di tingkat yang lebih rendah dengan struktur yang sangat menakjubkan. Kemudian semakin ke atas mutunya mengalami pengurangan.

Lapisan yang lebih rendah selalu lebih baik kualitasnya jika dibandingkan dengan di atasnya. Selalu terdapat struktur yang mungkin bisa memberikan ilham untuk tekhnik bangunan masa kini. Dalam beberapa kasus, seperti di Kuil Tiga Jendela, dinding ini berdiri di antara struktur yang paling diilhami yang pernah diciptakan oleh manusia.

Machu Picchu berlokasi di Gunung Andes di atas lembah Urubamba, Peru, sekitar 70 km barat laut Cusco, dan berada sekitar 2.350 meter di atas permukaan laut. Dan Bingham sendiri benar-benar tidak menyangka akan penemuannya ini, yang pada saat sekarang sudah mampu menyedot ribuan wisatawan setiap harinya.

Awalnya Bingham hanyalah berniat menjelajahi vegetasi liar di Gunung Andes sebagai sebuah ekspedisi ilmiahnya. Mungkin bagi dirinya pengalaman ini sangatlah luar biasa. Menjelajah di suatu tempat yang sangat asing bagi dirinya, melewati pepohonan yang tinggi menjulang, dan ketika menerobos suatu semak belukar yang sangat lebat dengan bantuan kedua tangannya, samar-samar dari kejauhan tampak bangunan kuno menakjubkan yang terkubur oleh tingginya ilalang yang terlihat olehnya.
Dia bersama seorang pemandunya, seakan-akan menganggap apa yang telah disaksikan oleh mereka hanya merupakan suatu fatamorgana belaka. Bingham sendiri pernah berkata, “Bisa menemukan Machu Picchu sama halnya dengan menemukan sebuah peradaban baru di muka bumi”.

Bingham meyakini, bahwa tempat ini mempunyai arti yang sangat besar akan kelahiran suatu perdaban paling legendaris di dunia, Inca Empire. Suatu peradaban besar asli dari Benua Amerika yang telah menghilang.
Setidaknya terdapat ribuan artifak yang sangat tinggi nilainya yang dapat ditemukan di Machu Picchu. Kini sebagian besar artifak tersebut sedang menjadi bahan penelitian guna menggali lebih dalam lagi sejarah dari peradaban suku Inca.

Banyak teori yang telah berkembang, menyangkut pemikiran dan penjelasan yang masuk akal dalam prosesnya. Machu Picchu diperkirakan termasuk ke dalam generasi Inca ke-9 yang berkuasa pada pertengahan abad ke-15. Yang memaparkan secara lugas tentang sebagian besar prestasi yang menyangkut peradaban Inca kala itu.
Von Eric Daniken, dalam bukunya “Chariots of the Gods” berteori bahwa bangunan ini dibangun oleh Alien yang datang ke bumi zaman dulu kala, sembari membawa semacam peradaban primitif.

Kurt Vonnegut dalam novelnya “Slapstick” berkata, “…there must have been days of light gravity in old times, when people could play tiddley winks with huge chunks of stone”.
Dan Pedro de Cieza de Leon menulis dari suatu legenda tua Inca tentang the creator-god, Viracocha. Saat menunjukkan kuasa-Nya, Ia membuat api yang sangat besar, kemudian memadamkannya. Sebagai hasil pembakaran, maka batu itu menjadi sangat ringan yang walaupun sangat besar bisa diambil seolah-olah terbuat dari gabus.

Spekulasi yang beredar yang mencoba menjelaskan apa saja yang berhubungan dengan megahnya bangunan ini cenderung terdengar aneh. Bagaimana tidak, dengan bentuknya yang sangat menakjubkan, kita harus dibawa pada suatu kenyataan bahwa bangunan ini dirancang dan dibuat pada masa beratus-ratus tahun yang lalu. Dengan pemikiran logis yang kita miliki, tentulah terasa mustahil hal itu akan terjadi. Namun demikian, Machu Picchu sekali lagi adalah bukti.

Hingga sekarang, sudah hampir sekitar 2.500 wistawan berkunjung ke Machu Picchu setiap harinya. Membanjirnya para wisatawan ini tentunya membuat Pemerintahan Peru sempat merasa resah, “Peru bisa memajukan sektor pariwisata dengan Machu Picchu, tapi bagaimana cara mereka bisa merawat serta melestarikan bangunan paling bersejarah di dunia itu”. Suatu kekhawatiran yang wajar mengingat posisi Machu Picchu yang begitu penting sebagai kawasan yang begitu berharga bagi sejarah dunia.

Bintang Berdenyut


PULSAR: BINTANG BERDENYUT

Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3) Kata "Thaariq," nama surat ke-86, berasal dari akar kata "tharq," yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari kata tersebut, yakni "berdenyut/berdetak," "memukul keras," perhatian kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting. Sebelum menelaah keterangan ini, marilah kita lihat kata-kata selainnya yang digunakan dalam ayat ini untuk menggambarkan bintang-bintang ini. Istilah "ath-thaariqi" dalam ayat di atas berarti sebuah bintang yang menembus malam, yang menembus kegelapan, yang muncul di malam hari, yang menembus dan bergerak, yang berdenyut/berdetak, yang menumbuk, atau bintang terang. Selain itu, kata "wa" mengarahkan perhatian pada benda-benda yang digunakan sebagai sumpah – yakni, langit dan Ath Thaariq.

Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung. Akan tetapi, pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham bahwa sebuah benda yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan magnet yang sedemikian kuat memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri dari gelombang-gelombang radio yang sangat kuat berbentuk kerucut di setiap putarannya. Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini adalah perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai "pulsar." Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik.1

Kata "pulsar" berasal dari kata kerja to pulse . Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata " pulsate ", yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.

Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang digambarkan dalam Al Qur'an sebagai "thaariq," yang berdenyut, memiliki kemiripan yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal sebagai pulsar.

Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat itu, dalam bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan memampatkan hampir seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan magnet amat kuat yang ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang berputar sangat cepat ini telah dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya gelombang-gelombang radio sangat kuat yang teramati di Bumi.

Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah "an najmu ats tsaaqibu," yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang, mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah "adraaka" dalam ungkapan "Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?" merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang berdenyut ini. (Wallaahu a'lam)

Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Thaariq dalam Al Qur'an memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur'an.

(source: http://www.harunyahya.com/indo/artikel/069.htm)


Seperti apa taman bergantung Babylonia?Bayangkan sebuah dataran tinggi bertingkat-tingkat setinggi seratus meter. Masing-masing tingkat ditumbuhi ratusan pohon palam, anggur, sycamore, zaitun, apel, akasia, almond, peach dan lili air. Ketika angin bertiup, wangi anggur, zaitun dan peach menelusup ke penciuman, menerbitkan selera. Manis rasa buah dibawa angin sampai ke lidah. Seperti yang dilukiskan puisi tradisional Babylonia: ”seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan membaui aroma pohonnya saja.” Ketika angin berhembus, daun-daun palem berguguran dibawa angin mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke kota Babylon di bawahnya. Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa kuno ini (penduduknya diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas dari puncak taman. Meski berada di dataran tinggi namun seluruh tanaman disirami air setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan (lihat Rahasia Air yang Memanjat). Tak salah kiranya jika Philon, filsuf Yunani yang gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh keajaiban kuno dunia. Taman ini sangat memikat hati. Persembahan Cinta Layaknya Taj Mahal di India yang dibangun Shah Jahan untuk permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun merupakan sebuah persembahan cinta. Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari tahun 605-562 SM., diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan Persia (Iran). Amytis besar diantara hijaunya pegunungan serta sejuknya semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia. Babylonia merupakan wilayah datar, kering dan panas. Hal ini membuat Amytis selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung halamannya. Untuk mengobati kerinduan istrinya raja Nebukadnezar memerintahkan untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman itu dibangun di timur sungai Efrat, sekitar 50 km selatan Baghdad, Iraq. Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini 400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi taman. Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan bahwa taman ini terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik. Di sini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan taman bergantung. (Maya, dari berbagai sumber)

Rahasia Air yang Memanjat

Salah satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung Babylonia adalah sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil mendisain suatu sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk ‘memanjat’ taman setinggi seratus meter itu. Mereka menggunakan semacam pompa kincir raksasa. Dua buah kincir besar—satu diatas yang lain di bawah dihubungkan dengan sebuah rantai. Rantai inilah yang memutar kedua kincir tersebut untuk mengambil dan menuangkan air. Di sepanjang rantai itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil air dari sungai efrat, dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman. Sistem ini memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi, meskipun Babylonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap menerima cukup pasokan air.


Taman Bergantung Babylonia.
Antara Ada dan Tiada

Keberadaan taman bergantung Babylonia telah memunculkan kontroversi di kalangan para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat tak ada bukti arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu. Manuskrip-manuskrip cuneiform Babylonia yang ditemukan pun tak ada yang membahasnya, padahal bangunan kuno lainnya seperti ziggurat dan kuil Marduk diterangkan dengan jelas. Bukti yang sering dikemukakan arkeolog yang meyakini keberadaan taman ini adalah kisah dari pasukan Alexander yang Agung. Diceritakan, ketika pasukan Alexander tiba di dataran Mesopotamia dan melihat kota Babylon mereka sangat takjub pada sebuah taman tinggi yang dipenuhi pohon-pohon palem dan berbagai tanaman lain. Kisah mengenai taman itu mereka ceritakan kembali ketika tiba di kampung halaman. Kisah-kisah itulah yang ditulis menjadi puisi oleh banyak penyair. Namun, sebagian arkeolog meragukan kisah ini. Sebab para prajurit itu menceritakan taman, istana raja dan ziggurat secara sekaligus sehingga berkemungkinan besar para sastrawan menggabungkan semua bangunan ini dalam satu kisah. Memberi kesan seolah-olah telah berdiri sebuah bangunan yang menakjubkan. Para sejarahwan yang menceritakan taman itupun—seperti Berossus, Diodorus Siculus, Herodotus dan Philon tak ada yang menyaksikannya secara langsung. Penggalian para arkeolog di reruntuhan kota Babylon pun membuktikan bahwa dinding istana kerajaan tidak sepanjang yang diungkapkan Herodotus. Kemungkinan besar taman yang dimaksudkan adalah sebuah taman kerajaan yang merupakan satu kesatuan dengan ziggurat dan istana. Meski demikian, para arkeolog sampai sekarang tetap berusaha menemukan bukti arkeologis keberadaan taman ini. Jika memang pernah ada mengapa taman sebesar itu sampai musnah tak bersisa? Bencana semacam apa yang membuat bangunan ini rusak luar biasa? Well, kita tunggu saja temuan arkeolog selanjutnya.
(Maya, berbagia sumber)

Ini Itu Taman Bergantung Babylonia


Taman bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh tergantung. Ada misinterpretasi soal kata ‘bergantung.’ Orang Yunani menyebut taman ini dengan ‘kremastos’ yang dilatinkan menjadi ‘pensilis’, dan dalam bahasa Inggris disebut ‘overhanging’, artinya berada di balkon atau di teras. Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berada di dataran tinggi seperti balkon atau teras.
Robert Koldewey adalah arkeologis Jerman yang berhasil menemukan reruntuhan kota Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899. Koldewey menggali selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara Babel dan fondasi istana Nebukadnezar. Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di kota itu yang terbuat dari batu yakni dinding utara istana dan taman bergantung. Koldewey berhasil menemukan 14 ruangan dari batu. Diperkirakan diantaranya merupakan bagian dari taman bergantung. Koldewey juga menemukan lubang aneh di lantai, kemungkinan besar di tempat itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung. Lokasi reruntuhan yang ditemukan Koldewey berada jauh dari sungai Efrat. Jadi arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai Efrat.